Followers

Showing posts with label Mahabbah :). Show all posts
Showing posts with label Mahabbah :). Show all posts

Saturday, 13 August 2011

Kerana Dia Manusia Biasa.





Email ini dipetik daripada seorang sahabat, dan saya forwardkan untuk manfaat kepada diri saya dan semua.

Semoga bermanfaat baik untuk yang melamar ataupun yang dilamar, ataupun bagi yang sudah berumah tangga. Renungan buat yang sedang mencari pasangan hidup ataupun yang sedang mengemudi bahtera rumah tangga. Mengapa? Kerana Dia Manusia Biasa.

Setiap kali ada sahabat yang ingin menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suami/isterimu? Jawappannya ada bermacam-macam. Bermula dengan jawapan kerana Allah hinggalah jawapan duniawi. Tapi ada satu jawapan yang sangat menyentuh di hati saya. Hingga saat ini saya masih ingat setiap butir percakapannya. Jawapan dari salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Kemudian membuat keputusan menikah. Persiapan pernikahan mereka hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak hairan. Proses pernikahan seperti ini selalu dilakukan. Dia bukanlah akhwat, sebagaimana saya. Satu hal yang pasti,dia jenis wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sukar untuk membuka hati. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menganggapnya serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi. Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tarikh pernikahannya. Serta meminta saya untuk memohon cuti, agar dapat menemaninya semasa majlis pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya.





Saya ingin tahu! Mengapa dia begitu mudah menerima lelaki itu. Ada apakah gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia boleh memutuskan untuk bernikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk ketika itu(benar-benar sibuk). Saya tidak dapat membantunya mempersiapkan keperluan pernikahan. Beberapa kali dia menelefon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa perkara. Beberapa kali saya telefon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. Kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Saya mengambil cuti 2 hari sebelum pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap di rumahnya. Pukul 11 malam sehari sebelum pernikahannya, baru kami dapat berbual -hanya-berdua. Hiruk-pikuk persiapan akad nikah esok pagi, sungguh membelenggu kami. Pada awalnya kami ingin berbual tentang banyak hal. Akhirnya, dapat juga kami berbual berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak perkara kepada saya. Beberapa kali Mamanya mengetuk pintu, meminta kami tidur.
"Aku tak boleh tidur." Dia memandang saya dengan wajah bersahaja.
Saya faham keadaanya ketika ini.

"Matikan saja lampunya, biar disangka kita dah tidur."
"Ya.. ya." Dia mematikan lampu neon bilik dan menggantinya dengan lampu yang samar.
Kami meneruskan perbualan secara berbisik-bisik. Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kami lakukan. Kami berbual banyak perkara, tentang masa lalu dan impian-impian kami. Wajah keriangannya nampak jelas dalam kesamaran. Memunculkan aura cinta yang menerangi bilik ketika itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan yang selama ini saya pendamkan. "Kenapa kamu memilih dia?" Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari baringnya sambil meraih telefon bimbitnya dibawah bantalku. Perlahan dia membuka laci meja hiasnya. Dengan bantuan lampu LCD handphone dia mengais lembaran kertas didalamnya. Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan sekeping sampul kepada saya. Saya menerima handphone dari tangannya. Sampul putih panjang dengan cop surat syarikat tempat calon suaminya bekerja. Apa ini?. Saya melihatnya tanpa mengerti.
Eeh..., dia malah ketawa geli hati.
"Buka aja."
Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas putih bersaiz A4, saya melihat warnanya putih. "Teruknya dia ni."
Saya menggeleng-gelengka n kepala sambil menahan senyum.
Sementara dia cuma ketawa melihat ekspresi saya. Saya mula membacanya. Saya membaca satu kalimat diatas, dibarisan paling atas. Dan sampai saat inipun saya masih hafal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu........


************ ********* *******

Kepada ...... Calon isteri saya, calon ibu anak-anak saya, calon menantu Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya Assalamu'alaikum Wr Wb. Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silakan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai. Saya, yang bernama_____menginginkan anda______ untuk menjadi isteri saya. Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Buat masa ini saya mempunyai pekerjaan. Tetapi saya tidak tahu apakah kemudiannya saya akan tetap bekerja. Tapi yang pasti saya akan berusaha mendapatkan rezeki untuk mencukupi keperluan isteri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih menyewa rumah. Dan saya tidak tahu apakah kemudiannya akan terus menyewa selamannya. Yang pasti, saya akan tetap berusaha agar isteri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan. Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh kerana itu Saya menginginkan anda supaya membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Kerana saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istikharah berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda kerana Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari sekarang ini. Saya memohon anda sholat istiqarah dulu sebelum memberi jawapan pada saya. Saya beri masa minima 1 minggu, maksima 1 bulan. Semoga Allah redha dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin Wassalamu'alaikum Wr Wb


************ ********* *********

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat 'lamaran' yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistik. Tanpa janji-janji yang melambung dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta biasa. Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia.....?"
"Kerana dia manusia biasa......." Dia menjawab mantap.

"Dia sedar bahawa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kami kemudian hari. Entah kenapa, justeru itu memberikan kesenangan tersendiri buat aku.."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu esok masih ada dan menjadi milik kita. Betul tak? Paling tidak.... Aku tau bahawa dia tidak akan frust kalau suatu masa nanti kami jadi miskin. "
Ssttt....."Saya menutup mulutnya.
Khuatir kalu ada yang tau kami belum tidur. Terdiam kami memasang telinga. Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kami saling berpandangan lalu gelak sambil menutup mulut masing-masing.
"Udah tidur. Esok kamu mengantuk, aku pula yang dimarahi Mama."
Kami kembali berbaring. Tapi mata ini tidak boleh pejam. Percakapan kami tadi masih terngiang terus ditelinga saya.

"Gik.....?" "Tidur.....Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya.

Saya ingin dia tidur, agar dia kelihatan cantik jelita esok pagi. Rasa mengantuk saya telah hilang, rasanya tidak akan tidur semalaman ini. Satu lagi pelajaran dari pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sedar dengan kemanusiaannya.
Sedar bahawa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitu juga dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah terpahat sejak roh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tetapi sebuah 'proses usaha'. Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, takhta dan 'nama'. Status diri yang selama ini melekat dan dibanggakan (aku anak orang ini/itu), ditanggalkan. Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi kerana Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan segalanya pada Allah yang membuat senarionya. Maka semua menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap hamba-NYA. Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan. Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan. Kita hanya boleh memohon keredhaan Allah. MemintaNYA mengurniakan barakah dalam sebuah pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah. Jadi, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah berkata, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir,lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu dapat bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Cinta tumbuh kerana suami/isteri (belahan jiwa). Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa. Amin.


Wallahu 'alam.

Saturday, 6 August 2011

A love greater than ALLAH`s love.


"looking for the greater love?"


“Is it wrong to be in a relationship?”
“It is Allah who made us in love, not us; are we to be blamed?”
“If I don’t have an intimate relationship with her, how will I know my future wife?”

These are typical answers claimed by many people as an excuse to legalize their so called love out of the wedlock. Sadly, majority of us are implementing it.
These excuses are left unanswered. The truth is still hidden from them. Whether being in a relationship out of the wedlock is haram orhalal? Who is going to make them understand that what they are doing is wrong? Their parents? Friends?

For those who are close with the Quran and Sunnah, you are so close to the truth. But for those who favour ‘scholarly’ opinions from entertainment magazines, romance movies or music videos, you are so deep in the darkness of ignorance.
The Quran and Sunnah are two substances for us to shape our personality, route map for our life’s road journey and as a shield detaining ourselves from being influenced by the tempting and seducing worldly pleasures.
 “I leave behind me two things, the QURAN and my example, the SUNNAH and if you follow these you will never go astray”  
(Narrated by Imam Malik)
But why, with the Quran and Sunnah present alongside our life, we still claim there is a Love Greater that Allah’s love? Who is to be blamed? Is it the Quran and Sunnah or ourselves?

Shirk in love
Have you ever heard about shirk? Shirk refers to assigning a partner or partners with Allah in whatever form it may take, and it is the opposite of worshipping Allah alone.
This act of associating partners with Allah is (one of) the most dangerous sins in which a Muslin can be involved. In fact, if someone dies in such a state, then he/she will not be forgive Allah protect us from all types of shirk. About shirk Allah, the Most High said:
“Indeed Allah does not forgive shirk (that you associate any partners with Him), but He forgives other than that to whom He pleases.” [An Nisaa 4:48]
So shirk; the King of all sins, the most expensive sin has also its empire in the practices of love. How can this happen? Easily said, two persons are madly in love, when are performing solah, who will they remember most, Allah or their couple? By feeling a love greater than Allah’s love or in other sense, remembering other than Allah when it is the specific time we are supposed to remember Him isshirk!
If we accept a love greater that Allah’s love as our main love, Allah has revealed to us this verse:
“And [yet], among the people are those who take other than Allah as equals [to Him]. They love them as they [should] love Allah . But those who believe are stronger in love for Allah . And if only they who have wronged would consider [that] when they see the punishment, [they will be certain] that all power belongs to Allah and that Allah is severe in punishment.” [Al-Baqarah: 165]
Who are we to have an affair with Allah? Do we think that Allah doesn’t know that we are in love more in another entity? Is love towards another human our mission in life? Have we forgotten that it has been Allah’s rahmah that we have been longing for in our life? It should be like this, when our love towards Allah is getting greater and greater, our love towards others will become smaller and smaller. No human love can give an equivalent value that Allah has given to us.We always claim 
“Love makes the world go round, love heals all wounds” 
in our everyday lives. If we don’t say it, we practice it. But no, only Allah and only Him can make the world go round because only Allah can make the earth spin on its axis, can human do it? Only Allah can close an open wound or cure a cancer, can any doctor do it?

O heart! Let us fear the concealed shirk in love!
O heart! Please be sensitive! I don’t want to be the owner of a black dark heart!

“But I love his/her so so much!”

It’s not that Allah does not know that you are always thinking about his/her. It’s not that Allah is not aware that you are missing his/her. It’s not that Allah does not understand that you are always imagining the precious moments together with his. This is fitrah. But everyfitrah comes with laws governing them. Why? So that your life flows in accordance to His law.
How to overcome this test? So that this fitrah does not turn into fitnah but obtain barakah instead. What must you do?

Ask yourself;
are you ready to give a commitment to her? Have you prepared yourself? Mentally and physically? How is your monthly salary? Is it adequate to buy her clothes, shelter and food? Is this your priority now? 
Ask yourselves these questions before asking for her hand.
We should seek to get married if we are in a position to do so. The Prophet said:
 “O young men! Those of you who can support a wife should marry, for it keeps you from looking at women and preserves your chastity.’ (Bukhari.) If you are unable to get married, you should fast regularly for this will assist in controlling your sexual desires. The Prophet said: `O young men! You should marry. Whosoever cannot marry should fast, for fasting will lessen his desire’.” (Bukhari.)
You know, you can easily obtain rewards from Allah by manipulating this test to become your strength. Whenever the feeling of 
“I miss her” 
comes to your mind, use that to say
“Astaghfirullah”
Say it several times and make yourself busy in other things that make you remember Allah. Why? Because we do not know if we entertain this feeling, it would lead to zina!

We should strive to control all the parts of our body not just our genitals from zina or fornication. The Prophet said: 
“Every son of Adam has his share of fornication. The eyes fornicate and do so by looking. The hands fornicate and do so by touching. The feet fornicate and do so by walking [to an immoral act or place]. The mouth fornicates and does so by kissing. And the heart forms thoughts and wishes which the genitals confirm or deny. 
(Bukhari and Muslim.)
Thus the Prophet used to make dua continuously:
`I seek refuge in Thee from the evil which may be in my ears, my eyes, my heart and my semen’. “ (Abu Dawud)

Allah has revealed in the Quran:

“Do not come near zina for it is foulness and an evil way.” [al-Isra 17: 32]

Allah did not say “do not make zina” but Allah said “Do not come near zina”, meaning that don’t even wish to make zina!
Islam has given the methods to make sure there’s no greater love that the love for Allah Himself. So is it the right way to show our affection through routes that take us to zina? Like sending SMS even when we have no urgency to do so or talking on the phone without any important topic to discuss or dating alongside devils.

Conclusion: Proof of love

Do you want a marriage built from pillars of zina?
Do you think you will attain barakah from a marriage of zina?
Now prove to me, is there any love greater than Allah’s love?


copy from;
http://langitilahi.com/